All for Glory of Jesus Christ

Judul artikel hari ini adalah judul kotbah yang disampaikan oleh Pastor (Ps.) Yosi pada kotbahnya hari ini. Tema tersebut berdasarkan Lukas 10:39-42 dengan penekanan pada ayat 42.

“tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas 10:42)

Dijelaskan bahwa Tuhan ingin kita melakukan hal yang terbaik, bukan hanya yang baik. Dalam hal Maria dan Marta, Maria sudah memilih hal yang terbaik dibandingkan Marta.

Diam dan mendengarkan Tuhan Yesus itu adalah hal yang dipilih Maria, sementara sibuk melayani adalah hal yang dipilih oleh Marta. Bukan berarti bahwa kita tidak boleh sibuk melayani. Jelas bukan demikian! Hal yang ditekankan di sini adalah kita harus bisa menetapkan prioritas yang tepat.

Ada saatnya kita harus sibuk melayani. Ada saatnya kita harus berdiam diri dan mendengarkan firman Tuhan. Kedua hal ini harus kita mengerti prioritasnya. Berapa banyak orang yang begitu sibuk melayani dan malah merasa kering karena lelah melayani?

Melayani sesama seharusnya merupakan sesuatu yang membuat kita menjadi bersyukur. Melayani sesama adalah kehormatan dan kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita. Kalau kita hanya sibuk melayani semata-mata karena kewajiban, pada akhirnya yang akan kita dapatkan hanya kelelahan semata.

Lelah karena melayani itu wajar. Tapi kalau hanya kelelahan yang kita dapatkan setelah melayani itu menunjukkan sesuatu yang salah, seharusnya tidaklah demikian. Melayani sesama seharusnya membuat kita merasakan suatu kepuasan dan sukacita yang dalam.

Jika Anda tidak merasakan demikian setelah Anda melayani, cek hati Anda. Apakah Anda masih merasakan kasih mula-mula seperti ketika Anda melayani untuk pertama kalinya? Ingatkah Anda ketika Anda begitu bersemangat untuk melayani untuk pertama kalinya? Hidupkan kembali kasih mula-mula dan semangat itu!

Apakah Anda tidak pernah merasakan kepuasan dan sukacita sejak pertama kali Anda melayani? Kalau ya, pertama-tama cek hati Anda. Sungguhkah Anda melayani sesama dengan tujuan untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan ataukah Anda memiliki kepentingan-kepentingan Anda sendiri?

Pelayanan bukanlah bisnis. Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel “All about Ministry” , hakikat pelayanan adalah pengorbanan. Seperti Kristus yang rela berkorban menanggalkan kemegahan Surga untuk menukarnya dengan tubuh jasmani seorang manusia, sampai mati demi dosa manusia yang hina, untuk akhirnya bangkit dan memberikan kita semua hidup yang baru.

Jika Anda sungguh ingin menyenangkan dan memuliakan Tuhan dengan melayani sesama, biasanya akan terdapat kepuasan dan sukacita. Kalau misalnya Anda sulit merasa puas dan sukacita, bisa jadi talenta (bakat) spiritual Anda tidak di sana.

Memang kita melayani perlu dalam wilayah yang menjadi talenta kita, walaupun kadang-kadang saat diperlukan kita harus mau melayani bagian lain yang bukan talenta kita tapi memang sangat dibutuhkan. Tapi jika kita bisa memilih, pilihlah pelayanan yang memang berada dalam wilayah talenta kita.

Dijelaskan berkaitan dengan Lukas 10:42, terdapat 3 poin penting yang perlu kita perhatikan:
1. Bagian yang terbaik. Sejalan dengan bagian terbaik dibahas 3 hal, yaitu:
Perjumpaan dengan Tuhan (1 Samuel 3:6-10, Kisah Para Rasul 26:14-17, Yesaya 51:2)
Dijelaskan oleh Ps. Yosi bahwa perjumpaan dengan Tuhan itu kadang-kadang step-by-step. Jadi tidak langsung serta merta langsung berjumpa dengan Tuhan. Kita berjumpa dengan Tuhan lewat membaca, merenungkan, menerima, dan melakukan firman-Nya. Selain itu juga saat kita berdoa, saat kita memuji dan menyembah dia; lewat apapun yang kita lakukan.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa perjumpaan dengan Tuhan itu setiap orang bisa mengalaminya. Permasalahannya adalah dalam hal hati. Kalau hati Anda MAU dan SERIUS untuk mengejar Dia, maka Anda akan berjumpa dengannya.

Berapa banyak orang yang MAU berjumpa dengan Tuhan, namun hanya dalam kerangka emosional saja? Ketika firman dibagikan, bisa jadi ada orang yang menerima dengan sukacita. Ketika waktunya melakukan firman, ternyata malah akhirnya mengajukan berbagai macam alasan untuk mengelak. Kesia-siaan, sungguh suatu kesia-siaan jika Anda hanya mengikuti emosi Anda semata.

Itu sebabnya Tuhan katakan bagi kita untuk mengubah cara pikir Anda. Saat cara pikir kita diubahkan, hidup kita akan diubahkan. Saat cara pikir kita diubahkan, Anda akan lebih mudah untuk melakukan firman Tuhan.

Firman Tuhan tidak berubah dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Hanya saja saat cara pikir kita diubahkan, saat itulah kita MAU dengan SERIUS melakukannya sebagai kerinduan kita untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Saat kita menyenangkan dan memuliakan Tuhan, itulah saat kita berjumpa dengan Tuhan. Sungguh mudah sebenarnya berjumpa dengan Tuhan. Kuncinya: MAU dan SERIUS.

Intim dengan Tuhan (Kejadian 6:22, 6:9; 2 Samuel 16:5-14).
Dijelaskan mengenai Nuh yang menerima perintah Tuhan untuk membangun bahtera raksasa karena akan ada banjir besar yang akan menenggelamkan segala sesuatu yang ada di muka Bumi. Nuh membuat bahtera itu begitu lama. Orang-orang mulai mengejeknya dan mengatakan dia gila. Dari sejak menerima perintah Tuhan sampai banjir besar terjadi itu dibutuhkan 120 tahun.

Bayangkan, 120 tahun! Harus membuat suatu bahtera raksasa berarti kerja keras yang luar biasa. Belum lagi diejek oleh orang-orang dan dikatai gila. Hal yang paling berat adalah harus menunggu 120 tahun sampai banjir besar itu terjadi.

Bagi saya, menunggu adalah hal yang sangat sulit. Saya saat ini sedang menunggu penggenapan kata-kata Tuhan bagi saya dan itu bagi saya terasa begitu lama. Saya membayangkan bagaimana dengan Nuh yang harus menunggu 120 tahun? Ah, penderitaan terbesar!

Mengapa Nuh bisa taat? Jawabannya karena keintimannya dengan Tuhan. Nuh tahu hal yang dikatakan Tuhan pasti terjadi. Ia intim dengan Tuhan. Itu sebabnya kerja keras, ejekan, dan menunggu sampai 120 tahun pun bukan masalah bagi Nuh.

Dijelaskan pula oleh Ps. Yosi mengenai Daud yang mengalami dikutuk oleh Simei. Padahal ia adalah seorang raja. Seorang raja dan diejek di muka umum! Ah, penghinaan terbesar!

Ketika Abisai salah seorang bawahan Daud menawarkan diri untuk memenggal kepala Simei (ayat 9), Daud menolaknya (ayat 10). Daud memang sangat intim dengan Tuhan sehingga ia tahu bahwa memang Tuhan yang menyuruh Simei mengutukinya (ayat 11).

Daud memang orang yang sangat spesial. Tuhan sendiri bahkan menyebut Daud sebagai “a man after my own heart” atau terjemahannya adalah “seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” (Kisah Para Rasul 13:22).

Keintiman dengan Tuhan memungkinkan kita berkenan di hati Tuhan. Orang yang intim dengan Tuhan tandanya adalah mengetahui dan melakukan kehendak Tuhan.

Tinggal di dalam Tuhan (Yohanes 15:5)

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

Saat kita tinggal dalam Tuhan, maka kita akan berbuat banyak. Kita bisa melakukan berbagai macam hal, bahkan yang mustahil sekalipun. Tetapi jika kita di luar Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Hanya saja pilihan untuk tinggal di dalam Tuhan seharusnya bukan karena kita memang ingin mengejar berkat. Kita memilih untuk tinggal di dalam Tuhan karena memang kita mengasihi Tuhan.

Ia sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Sudah sangat wajar dan sepantasnya kalau kita mengasihi Tuhan. Ia memberikan bahkan nyawa-Nya bagi kita, mengasihi Dia hanyalah salah satu cara untuk berterima kasih buat kasih-Nya yang begitu besar bagi kita, karena tak ada satupun hal di dunia ini yang mampu untuk membayar kasih dan pengorbanan-Nya bagi kita.

2. Memilih yang terbaik. Sejalan dengan memilih yang terbaik dibahas 3 hal, yaitu:
Menyenangkan manusia atau menyenangkan Tuhan.
Apakah kita sibuk berpikir untuk menyenangkan manusia? Untuk membuat diri kita diterima? Apakah kita sibuk selalu berpikir mengenai pendapat orang lain? Jika “ya” berarti fokus kita adalah untuk menyenangkan manusia.

Saat kita berfokus untuk menyenangkan manusia, pasti kita akan kecewa. Kita tidak pernah bisa menyenangkan semua orang. Inilah kesia-siaan hidup jika kita mencoba untuk terus menyenangkan manusia.

Justru kita harus menyenangkan Tuhan. Dialah yang layak menerima segala sesuatu yang kita miliki. Sangat wajar kalau kita menyenangkan Dia. Karena Ia adalah tidak berubah dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya; kita tidak akan pernah kecewa untuk terus menyenangkan Tuhan.

Pembahasan berkaitan dengan hal ini sudah pernah saya tuliskan dalam “People Pleaser vs God Pleaser”. Silakan membaca di sana untuk pembahasan lengkapnya.

Daniel memilih untuk tetap menyembah Tuhan walau risikonya adalah kematian (Daniel 6:25).
Karena Daniel mengasihi Tuhan, ia tetap memilih untuk menyembah Tuhan 3 kali sehari seperti yang biasanya ia lakukan. Ia tahu dengan jelas risiko yang dihadapinya adalah kematian, tapi ia memilih untuk tetap menyembah Tuhan apapun risikonya.

Inilah orang yang telah memilih yang terbaik. Berapa banyak orang yang akan mundur ketika menghadapi risiko kematian demi mempertahankan imannya kepada Kristus? Jangankan risiko kematian, dengan iming-iming uang, kekuasaan, pasangan hidup, dan kemudahan hidup saja; orang bisa menjual Kristus.

Tuhan Yesus telah memberikan darah-Nya bagi kita. Jangan kita pandang murah darah-Nya yang telah tercurah itu! Jika kita bisa menukar pengorbanan-Nya dengan segala sesuatu yang fana di dunia ini, kita tidak layak bagi-Nya.

Esther mempertaruhkan nyawanya untuk bangsanya (Esther 4:14, 5:1)
Esther adalah seorang yatim, orang Yahudi, dan saat itu baru diangkat sebagai permaisuri raja. Ketika menghadapi ancaman kemusnahan bangsa-Nya, Esther berani untuk mempertaruhkan nyawanya untuk bertemu raja tanpa dipanggil.

Esther tidak egois. Ia bisa saja memilih berdiam diri, ongkang-ongkang kaki dengan posisi barunya sebagai ratu. Tetapi tidak, ia memiliki hati untuk bangsanya. Ia tidak mementingkan diri sendiri. Ia bersedia mati demi bangsanya. Esther telah memilih yang terbaik.

3. Hal yang tidak akan diambil (Lukas 19:17-23, Wahyu 3:11)
Di dunia ini ada begitu banyak hal yang dapat menarik hati manusia. Setidaknya ada 3 hal yang dituliskan dalam Alkitab. Tuhan Yesus pun mengalami pencobaan itu, yaitu akan kebutuhan hidup, akan keinginan membuktikan diri, dan akan kemegahan dunia. Itulah 3 hal yang dapat membuat manusia jatuh. Tetapi Tuhan Yesus membuktikan bahwa Ia yang adalah 100% Tuhan tetapi 100% manusia, menepis ketiga pencobaan itu.

Segala hal yang ada di dunia ini sifatnya fana, tidak kekal. Segala sesuatu itu dengan mudah dapat hilang, lenyap, dan berlalu. Kalau kita mengumpulkan hal-hal yang sifatnya fana, itulah kesia-siaan hidup karena dengan mudah kita akan kehilangannya.

Tetapi saat kita mencari hal-hal yang sifatnya kekal dan yang tidak bisa diambil dari kita, itulah sesuatu yang sangat bernilai! Kejarlah hal tersebut!

Saat kita berdiam diri di hadapan Tuhan, itulah saat terindah dalam hidup kita. Berdiam diri berarti kita membuka hati kita untuk mendengar-Nya. Berdiam diri sebagai tanda kita mengasihi dan menghargai-Nya. Berdiam diri sebagai bukti kita mengandalkan-Nya.

MAU-kah Anda dengan SERIUS berdiam diri di hadapan Tuhan?

Amin.

Tinggalkan komentar